
Hati siapa saja yang melihat gempa bumi di Sumatera Barat. Lebih miris lagi kala sekolah-sekolah di sana runtuh tak bersisa. Beberapa minggu pasca gempa, anak-anak belum masuk sekoah juga. Alasannya belum ada tenda, sehingga pembelajaran ditunda. Padahal belajar bisa dilakukan di mana saja! Ingat di mana saja!
Indonesia sebagai negara agraris memiliki alam yang luar biasa indahnya. Rasanya beragam macam hal bisa dipelajari. Bahkan alamnya pun dapat menjadi tempat pembelajaran. Tak perlu repot, di bawah pohon rasanya seru sekali.
Banyak sekali objek pembelajaran yang tersedia di alam. Bayangkan saja untuk mengajarkan warna, alam bisa dijadikan sasaran. Membandingkan dedaunan pun bisa dilakukan. Begitu pun dalam mengajarkan bentuk. Rasanya alam tak henti-henti menyediakannya.
Sebagai alas, rerumputan dan bebatuan sudah tersedia. Sebagai atap, pepohonan yang menjulang dapat menjadi atap yang nyaman dan menyenangkan. Lalu, tak perlu dinding. Biarlah angin berhembus membuat suasana semakin nyaman.
Namun anehnya, yang terframe dalam pikiran kita. Belajar harus selalu ada di dalam kelas. Berada di apitan-apitan tembok. Melihat ke arah papan tulis.
Di sekolah-sekolah modern, ruang kelas diset lebih rapi dan berkelas internasional (luar negeri). Kerennya lagi ruang kelas ditambahi AC agar anak-anak nyaman belajar. Namun saat lampu listrik mati bergilir, pembelajaran dihentikan. Alasannya ruangan panas karena AC mati.
Hal lain, belajar berhitung dan membaca pun bisa dilakukan di mobil. Medianya? Apa yang bisa dilihat selama perjalanan. Membaca iklan-iklan yang lewat. Menghitung jumlah rumah sakit dapat dilakukan. Pembelajaran tentang empati (misalnya saat ada pengemis) juga seru dan kontekstual sekali.

Sebenarnya tak ada alasan untuk tak belajar. Karena belajar bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Tak perlu berpatokan pada kelas! Gunakan alam! Sebab alam menyediakan berlimpah ilmu untuk kita!